Kamis, 14 Oktober 2010

PERNIKAHAN DAN KELUARGA KRISTEN

PERNIKAHAN DAN KELUARGA KRISTEN

Pernikahan dan keluarga Kristen di akhir jaman merupakan a changing life mobile, yaitu suatu kehidupan yang terus menerus mengalami perubahan baik secara internal maupun eksternal. Kemampuan suami istri dalam menerapkan Firman Tuhan untuk menghadapi perubahan menjadi kunci utama membuat pernikahan dan keluarga menjadi lebih baik.  Pernikahan adalah penyatuan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan dalam jalinan cinta kasih yang berlaku untuk seumur hidup.  Penyatuan ini merupakan misteri Ilahi dimana melaluinya Allah hendak mengajarkan bagaimana hubungan antara Tuhan dengan umat-Nya.
Dalam pernikahan, keluarga mempunyai peranan penting dalam segala aspek kehidupan karena melaluinya seseorang dapat bertumbuh, berkarya dan mengaktualisasikan diri.  Prinsip-prinsip pernikahan dan keluarga sebagaimana tertulis dalam Alkitab sendiri jauh dan semakin ditinggalkan oleh pasutri masa kini, akibat pengaruh negatif yang ditimbulkan oleh perubahan jaman.  Jadi yang menjadi prinsip dunia bolah berubah namun prinsip pernikanan dan keluarga Kristen tidak boleh berubah.
Pernikahan membutuhkan pengakuan publik, entah dengan ucapan sederhana  atau meriah sebagai suatu misiasi dan pengesahan hak mereka sebagai suami istri, anggota jemaat dan sebagian anggota masyarakat.  Jadi pernikahan menyangkut dua dimensi, yaitu dua dimensi institusional dan personal, kedua dimensi ini perlu dijaga agar ada keseimbangan.
Alkitab mencatat hakikat pernikahan sebagai penyatuan seorang laki-laki dan seorang perempuan.  Allah tidak menciptakan Hawa melalui debu tanah seperti Adam, atau mahluk lainnya.  Allah memilih dan mengambil dari tulang rusuk dan daging Adam sehingga mereka dapat menjadi menjadi satu daging, dengan maksud bahwa seorang perempuan berperan sebagai penolong.  Kata penolong dapat diartikan bahwa perempuan menjadi penolong bagi laki-laki sebab laki-laki tanpa perempuan tidaklah lengkap.
Hakikat pernikahan yang kedua, kedua pribadi setara adanya, namun mempunyai peranan yang berbeda-beda.  Ketiga, bahwa pernikahan adalah penyatuan yang utuh yaitu tubuh, roh dan jiwa.  Keempat, pernikahan adalah relasi yang terbuka, dimana suami istri saling terbuka tidak ada rahasia diantara mereka.  kelima, pernikahan adalah submission yaitu penahlukan diri di bawah kuasa dan pimpinan Kristus.
Tuhan telah menyediakan pasangan hidup bagi setiap orang, ketika Adam sedang tidur nyenyak Allah menyediakan istri baginya.  Itu berarti bagi orang percaya Tuhan terus bekerja untuk menyediakan pasangan dan memberi yang terbaik baginya.  Allah memiliki maksud dalam pernikahan, yaitu pernikahan menjadi tempat untuk pasutri saling melayani, tahu mengenai maksud dan rencana Allah, dan tempat belajar tentang Allah.  Dalam pernikahan keduanya menjadi satu daging.  Allah menciptakan seks bagi suami istri.  Seks adalah anugrah yang diberikan Tuhan secara khusus untuk dinikmati oleh pasangan suami istri.  Tingkat seks yang ada antara laki-laki dan perempuan berbeda.  Perbedaan ini terjadi karena adanya perbedaan anatomi yang membuat keduannya berbeda prilaku dan menjadi sumber mengapa laki-laki dan perempuan saling tertarik dan muncul perasaan cinta, untuk itu dalam pernikahan keduanya harus saling memahami apa arti seks.  Seks mempunyai pengaruh yang kuat terhadap kepribadian dan jalan hidup seseorang, oleh sebab itu seks penting untuk dibicarakan secara terbuka.
Di dalam pernikahan perlu juga pemahaman bahwa antara laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan dan perbedaan yang ada bukan untuk dipertentangkan tetapi untuk dinikmati, dan bukan untuk kerugian tetapi sebagai kesempatan untuk saling percayaPerbedaan yang ada antara lain adalah perbedaan eksistenti, peranan, emosi, social, fisik kebutuhan intelegensi, seks.  Tuhan menciptakan perbedaan, dan perbedaan merupakan sarana untuk saling melengkapi.  Perbedaana dalam keluarga bila tidak diselesaikan akan mengalami kegagalan.  Sebagai suami akan gagal bila suami diam terhadap Firman Tuhan, suami pasif, tidak menjalankan fungsinya, menghindar dari tanggung jawab.  Sedemikian juga dengan istri.  Istri akan gagal bila seorang istri terlalu dominant sehingga menguasai suami, terlalu agresif, menghindar dari tanggung jawab sebagai istri.  Kegagalan-kegagalan ini akan berdampak kepada anak-anak.
Di sadari atau tidak bahwa pernikahan bukanlah sesuatu yang dibiarkan saja, bila demikian pernikahan sedang terancam, sehingga keutuhan pernikahan harus dipelihara. Keutuhan akan terjaga bila adanya saling penyesuaian diri.  Jangan menuntut pasangan anda untuk berubah tetapi berusahalah untuk merubah diri kita dan menerima pasangan kita seutuhnya.  Dalam hal ini dibutuhkan penyesuaian diri, adaptasi dan pengampunan.
Keberhasilan pernikahan tidaklah diukur seberapa banyak anak, harta dan uang dalam bank, melainkan kemampuan pasutri dalam menempatkan sekala prioritas dalam keluarga, yaitu: Tuhan, suami istri, keluarga, pelayanan dan masyarakat.  Hal terpenting dalam pernikahan adalah ketika suami istri harus berkomunikasi.  Suami adalah orang yang paling dekat dengan istri demikian juga istri adalah teman paling dekat dengan suami.  Keadaan ini akan tercapai ketika pasutri tetap membangun komunikasi.  Disisi lain kita dapat mengamati bahwa keluarga harus menjadi tempat utama sebagai pusat pelatihan, pengajaran, kesaksian, dan perawatan, mengapa demikian? karena sangat sadikit anak-anak mengalami pertobatan melalui pelayanan ayah atau ibunya.  Seharusnya keluarga Kristen mejadi tempat istimewa bagi anak-anak supaya melaluinya lahirlah orang-orang beriman, orang-orang berprestasi dan saleh.  Keluarga Kristen menjadi tempat pemeliharaan jiwa-jiwa, tempat perteduhan diwaktu badai, tempat perawatan dan tempat penyembuhan bagi yang terluka, pemeliharaan bagi yang sakit.  seharusnya keluarga adalah sarana untuk merasakan kehadiran Allah yang merupakan impian umat Tuhan dan untuk itulah umat Tuhan diminta beribadah.
Ibadah merupakan suatu tindakan penghormatan yang disertai dengan ketaatan dan kekaguman kepada Allah yang hadir dan yang mau bersekutu dengan umat-Nya. Ibadah keluarga merupakan kegiatan utama dalam sejarah bangsa Israel jauh sebelum ada ibadah dalam bait Allah.  Ibadah keluarga sudah ada yaitu sejak penciptaan, ibadah merupakan sarana  dimana human pathos (Penderitaan dan kesulitan) manusia bertemu dengan Gad Ethos (kebaikan dan kemurahan) Allah.  Ibadah adalah pemberian istimewa dari Tuhan kepada umat-Nya agar melaluinya umat-Nya dapat berkomunikasi, melayani dan menyembah Dia.  Mengapa ibadah keluarga penting?  Itu berarti keluarga memberi tempat bagi kehadiran Tuhan dalam keluarga, ibadah dapat mendatangkan kebahagiaan, menyediakan hati bagi kehadiran Allah.
Unsur terpenting dalam ibadah keluarga adalah Firman, karena Firman adalah jiwa dalam ibadah.  Melalui penbacaan Firman Tuhan dalam keluarga  menandai bahwa Tuhanlah penilik kehidupan keluarga dan kesediaan tergantung kepada-Nya.  Firman Tuhan ibarat sebuah jalan yang dapat menuntun hidup orang percaya untuk mencapai karakter, iman, dedikasi dan komitmen kepada Tuhan.  unsur kedua yang terpenting dalam keluarga adalah doa.  Bila Firman adalah jiwa ibadah, maka doa adalah nafas ibadah umat percaya.  Pada jaman gereja mula-mula, rumah menjadi tempat jemaat yang percaya untuk berdoa.  Jemaat menyadari pentingnya doa dalam kehidupan umat pecaya sehingga jemaat mula-mula dengan giat mejadikan rumah mereka menjadi rumah doa.  Adapun unsur penting dalam doa adalah iman, penyembahan, pengakuan, pujian, pengucapan syukur, dedikasi dan permohonan.
Pernikahan Kristen juga mengajarkan tentang kebenaran Firman Tuhan. duduk dan makan bersama dengan semua anggota keluarga penuh dengan muatan teologis dan sarat dengan makna pendididkan bagi seluruh anggota keluarga.  Uang, kesibukan dan pekerjaan tidak boleh mengambil alih seluruh waktu dan mengabaikan waktu duduk dan makan bersama dengan seluruh anggota keluarga.  Duduk bersama disekitar meja makan menandakan keterbukaan hati seluruh anggota keluarga mengijinkanAllah hadir sebagaimana Bapa hadir dan memelihara anak-anak-Nya.  Duduk dan makan bersama menandakan bahwa seluruh anggota keluarga mengucap syukur karena Tuhan bukan hanya penyelamat, tetapi juga pemelihara.  Bahwa uang yang mereka peroleh lewat gaji atau penghasilan lainnya adalah berkat dari Tuhan.  Dengan duduk makan bersama disekitar meja makan, menandakan seluruh anggota keluarga memohon kembali kepada Tuhan untuk memberkati pemberian tersebut.  Duduk dan makan bersama sebagai anggota keluarga sebagai tanda kesukaan bahwa setelah Mereka leleh bekerja, maka Tuhan memuaskan mereka dengan segala berkat-Nya.
Bila semua hal diatas terlaksana dalam suatu pernikahan rumah tangga Kristen maka akan terjadi keharmonisan dan tidak akan pernah terjadi perceraian.  Perceraian adalah ciptaan manusia, suatu refleksi dari keberdosaan dan penolakan manusia terhadap rencana semula ketika Tuhan menciptakan pernikahan.  Tuhan membenci perceraian.


http://mangkecompany.net78.net/index_files/Page1576.htm

Memahami Peran Suami-Istri Dalam Pernikahan Kristen


Memahami Peran Suami-Istri Dalam Pernikahan Kristen
Sub Komisi Pasutri GKI Pondok Indah mengadakan kegiatan Seminar dan Diskusi dengan mengangkat topik: THE LOVE OF MONEY THE ROOT IS EVIL, Apakah Uang dapat Merusak Pasutri? Seminar dan Diskusi mengundang pembicara dari Fokus Pada Keluarga yang dibawakan oleh Novel Priatna. Acara dihadiri oleh 23 pasangan suami istri (pasutri) berlangsung amat menarik. Di awal acara Novel Priatna yang hadir bersama istri menanyakan apa tujuan pernikahan? Dan beragam jawaban dari hadirin pun berluncuran, sayangnya sebagai seorang suami maupun istri kristiani, kita benar-benar dibuatnya terbelalak karena ternyata bahwa tujuan pernikahan Kristen bukanlah untuk memperoleh kebahagiaan. Jadi… apa tujuan pernikahan sesungguhnya?

Apa Keunikan Sebuah Pernikahan Kristen?
Nilai dari sebuah pernikahan Kristen adalah terletak pada “dasar” terjadinya, yaitu inisiatif Sang Pencipta, bukan inisiatif manusia. Oleh karena itu, pernikahan bukan hanya antar dua pribadi manusia, namun ada kehadiran pribadi Sang Pencipta di dalamnya. Tujuan utama dari pernikahan Kristen “bukanlah” untuk memperoleh kebahagiaan, namun sebagai sarana untuk saling bertumbuh secara karakter, sehingga menjadi serupa dengan karakter Kristus. Yang artinya, kebahagiaan adalah “anugerah” (hadiah). Salah satu bentuk pertumbuhan yang dimaksud adalah bagaimana kita menyadari akan peran (role) utama dari seorang suami maupun seorang isteri

Prinsip Alkitab (Kej.2:18)
Suami adalah kepala keluarga, isteri adalah penolong yang sepadan (pola unequal ness). Pertanyaan kita mungkin, mengapa konsepnya harus seperti ini? Apakah Allah pilih kasih? Untuk menjawab pertanyaan tersebut hanya bisa diterima dalam iman dan ketaatan, sebab tidak selalu jalan Allah bisa dipahami. Contohnya: Mengapa Allah memilih Yakub bukannya Esau, Yehuda bukannya Yusuf, Musa bukannya Harun, Daud yang masih imut dan bukannya Kakak-kakaknya yang lebih kuat dan gagah.
Apa artinya kepala keluarga? Allah menetapkan segala “jabatan” sebagai anugerah, bukan berdasarkan bakat-bakat atau kemampuan pribadi (contoh: Musa, Daud, dll), tapi berdasarkan tanggungjawab. Dalam hal ini berlaku (termasuk) juga Kepala Keluarga (KK). Jadi, suami akan dihormati sebagai KK kalau bertanggungjawab. KK tidak sama dengan “raja yang otoriter”, tapi servant-leader (orang pertama yang meneladani Kristus).
Apa dasar perbedaan peran tersebut? Dasar perbedaan peran tidak terletak pada perbedaan jenis pekerjaan (pekerjaan rumah atau pencari nafkah), namun dalam pertanggungjawaban pekerjaan. Adapun bentuk pertanggungjawaban adalah: Suami sebagai perancang, pemikir, pengambil keputusan, servant-leader, pembela, pelindung; sedangkan Isteri sebagai penolong, memberi dukungan, teman bicara, dsb.
Bagaimana Kondisi Pernikahan Anda Saat Ini? Apakah Anda merasa terjebak? “Pernikahan itu seperti sangkar: burung-burung tanpa sadar masuk & mereka frustasi untuk dapat keluar.” (Montaigne)

Perhatikan dua pertanyaan berikut ini: Mengapa Isteri sulit tunduk kepada Suami? Mengapa Suami sulit untuk mengasihi Isteri?
The Iceberg Phenomena. Sebuah gambaran permasalahan pasutri sebagaimana kita melihat fenomena gunung es, di mana permasalahan tersebut baru pada permukaannya. Dan sesungguhnya permasalah sebenarnya lebih besar. Hal ini bisa dipahami mengingat pernikahan dipengaruhi oleh masa lalu masing-masing.
Pernikahan lebih banyak dipengaruhi oleh masalah masa lalu (faktor predisposisi) yang belum terselesaikan. Faktor-faktor lain seperti masalah ekonomi, konflik, bencana, dll, hanya faktor pencetus (faktor precipitasi).
Perkawinan terjadi oleh empat pribadi yakni: antara Pribadi Dewasa Pria + Pribadi Kanak-kanak Pria dengan Pribadi Dewasa Wanita + Pribadi Kanak-kanak Wanita.
Masalah masa lalu inilah yang justru merupakan salah satu penghalang terbesar yang dapat merintangi kebahagiaan dalam pernikahan, sebab pengalaman masa lalu “mengendalikan” kehidupan Anda saat ini. Sikap Anda terhadap pasangan, anak, dan orang lain, kemungkinan besar dapat ditemukan dalam sikap & reaksi Anda yang Anda “pelajari/terima” ketika masih kanak-kanak.

Contoh Tipe Relasi Suami-Isteri

Pleaser
·         Melakukan segala sesuatu hanya untuk menyenangkan pasangan
·         Sebenarnya dilakukan bukan karena cinta, melainkan untuk mendapatkan penerimaan/cinta pasangan
·         Lebih mengandalkan perasaan dibandingkan akal sehat, sehingga: sulit untuk berkata “tidak”, lebih sering mengalah/berkorban, kurang objektif.

Controller
·         Suka mengontrol/mengatur pasangannya, supaya memperoleh rasa hormat/respek
·         Terlalu mengandalkan rasio (objektifitas tinggi), sehingga: empati rendah, miskin emosi, hambar, mudah marah, legalis, perfeksionis.

Hubungan antara Peran Suami-Isteri Terhadap Keuangan Keluarga

Keluarga dan pekerjaan merupakan dua hal yang tidak terpisahkan, sebab keduanya saling mempengaruhi. Pekerjaan menghasilkan income, yang kemudian akan menentukan standar kehidupan keluarga tersebut.

Gambaran ideal/tradisional
Laki-laki sebagai providers sedangkan Perempuan sbg homemakers. Pada kondisi saat ini mulai terjadi pergeseran. Wanita Bekerja: Pendidikan meningkat yang berpengaruh munculnya tuntutan pendapatan, karir, jabatan meningkat, pengaruh meningkat, kesadaran (awareness) terhadap personal option meningkat dan timbulnya kebutuhan untuk self-expression & self-fulfillment.

Power in Relationship & Decision Making
Tingkat penghasilan suami-isteri berpengaruh terhadap besarnya kekuasaan masing-masing dalam pengambilan keputusan. Uang sering diterjemahkan dengan kekuasaan. Jadi ketika suami-isteri bekerja, konsep tradisional di mana suami yang selama ini sebagai single power, mulai harus berbagi. Bagaimana jika penghasilan isteri lebih besar? Posisi tawar menawar isteri bekerja juga semakin tinggi, sehingga jika mereka merasa tidak bahagia, mereka tidak takut untuk (mengancam) bercerai.

Kebahagiaan Pernikahan
Mana yang lebih bahagia, keluarga yang double income atau single income? (tingkat kepuasan pernikahan). Hasil riset mengungkapkan bahwa:
1. Isteri rumahan lebih bahagia daripada isteri yang bekerja (gaji kecil, status rendah, dll)
2. Isteri yang bekerja lebih bahagia daripada isteri rumahan
3. Para suami, baik dari isteri rumahan maupun isteri bekerja, tingkat kebahagiaannya sama
Apa artinya?
·         Sikap/pandangan masing-masing pasangan terhadap pekerjaan merupakan hal yang sangat penting
·         Jika suami/isteri tidak setuju dengan pekerjaan pasangannya, atau jika isteri bekerja hanya karena faktor ekonomi semata, maka konflik dan ketegangan cenderung terjadi
·         Bagi para isteri yang lebih suka menjadi ibu rumah tangga akan merasa bekerja menjadi sebuah keterpaksaan
·         Sedangkan bagi para suami yang berprinsip bahwa hanya laki-laki saja yang bekerja akan merasa terancam perannya karena memiliki isteri yang bekerja, apalagi kalau penghasilan isteri lebih besar (rendah diri)
·         Bagaimana dengan waktu bersama?
·         Bagaimana dengan beban isteri bekerja? Berarti suami (suami lebih sedikit perannya di rumah)
·         Setelah uang, hal yang paling menentukan apakah seorang wanita yang menikah itu bahagia atau tidak adalah seberapa besar keterlibatan suaminya dalam urusan rumah tangga.

Beberapa Prinsip tentang Peran Suami-Isteri
Peran yang tepat akan membawa kebersamaan daripada keterpisahan. Kita sedang membagi tanggung-jawab, bukan sekedar membagi tugas (tugas suami ini & tugas isteri itu). Suami-isteri adalah “satu daging”, yang juga berarti satu tim kerja.
Beberapa Prinsip tentang Peran Suami-Isteri, peran yang tepat dapat diperoleh dengan mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan pasangan. Misal: kalau biasanya pengaturan keuangan keluarga dianggap sebagai “tugas” isteri, namun kalau ternyata suami lebih efektif dalam mengelolanya, maka suami bisa mengambil alih.
Beberapa Prinsip tentang Peran Suami-Isteri, peran yang tepat bersifat tidak kaku (fleksibel). Misal: kalau isteri juga bekerja, maka tidaklah fair kalau semua tugas rutin rumah tangga dibebankan pada dirinya saja. Peran yg tepat rela berkorban: Ada beberapa pekerjaan yang “kalau bisa” bukan dia yang melakukannya. Misal: bangun di tengah malam karena si kecil menangis, membantu anak (kecil) buang air besar, dll

Money Matters
“Cinta akan uang adalah akar dari segala kejahatan” Dapat disejajarkan dengan:”Salah dalam mengelola keuangan merupakan akar dari segala jenis permasalahan manusia”
Eksistensi uang bukanlah masalah utamanya, melainkan sikap (attitude) terhadap uang dan ketidakefisienan (inefficiency) dalam mengelola uang secara bijaksana. Baca: Ibr 13:5

Apa yang Alkitab katakan tentang uang?
1.     Uang harus dipandang secara realistis. Artinya: uang dan kekayaan hanya bersifat sementara (temporer) Contoh: Luk 12:16-21. Mengapa Yesus mengatakan bahwa orang kaya tersebut adalah bodoh? Karena orang tersebut hanya kaya secara duniawi tapi miskin dalam relasi dengan Allah karena baginya uang menjadi pusat (center) hidup.
2.     Uang disediakan oleh Allah (Fil 4:19; Mat 6:25-34). Oleh karena itu, semua yang kita miliki adalah “milik” Allah. Kita diminta untuk bergantung pada pemeliharaan dan penyertaan (providensia) Allah (bagi orang beriman mencegah kekuatiran)
3.     Uang dapat menjadi sumber masalah: a). Vertikal: menghambat pertumbuhan rohani. Yesus mengatakan bahwa uang dapat menjadi allah lain dihati kita, sehingga kita harus “memilih” siapa yang menjadi Allah kita: Yesus atau Uang. b). Horizontal: sumber konflik dengan sesama (Luk 12:13-15)
4.     Uang harus dikelola secara bijaksana. “God’s own it, and I manage it” Tuhan yang empunya, kita hanya sebagai pengelola oleh karena itu: a. Gained honestly, b. Invested carefully, c. Spent realistically, d. Shared joyfully.

Penyebab Masalah Keuangan
1. Nilai-nilai yang terdistorsi. Materialisme, Hedonisme, Konsumerisme, Instan, Keserakahan, dll.
2. Penggunaan yang tidak bijak
a. Impulsif (contoh: suami yang selalu “menggandeng mesra” isterinya kalau di mall karena takut lepas dan tak terkendali dalam berbelanja)
b. Tidak ada limitasi
c. Spekulasi, akarnya: ingin cepat kaya (contoh: seorang bapak yang ludes uang pensiunnya karena spekulasi di bisnis yang tidak dikuasainya).
d. Kredit. Beberapa hal yang perlu diperhatikan:
• Menggunakan kartu kredit seolah-olah tidak mengeluarkan uang (riil), sehingga godaan untuk belanja sangat besar (impulsive buying)
• Penggunaan credit card (yang tidak bijak) merupakan cara “membelanjakan uang yang tidak kita punya dan membeli barang-barang yang tidak kita butuhkan”
3. Perencanaan (budget) yang lemah
Fungsi budget:
· mencegah impulsivitas (harus mempertimbangkan prioritas)
· kontrol pengeluaran
· menyisihkan untuk tabungan (saving)
· antisipasi masalah untuk menghindari/mencegah stress
· alokasi pemberian/persembahan
4. Kurang memberi. Ada 3 area menurut Alkitab: Tuhan, sesama tubuh Kristus, dan orang miskin. Dilakukan dengan kacamata iman (memberi dan menerima adalah paralel bagi Tuhan). Ada janji berkat Tuhan di balik persembahan kita berikan, meski berkat Tuhan tidak selalu identik dengan uang.

Menghadapi Pasangan yang Terlalu Banyak Belanja
1.     Sadari bahwa suami-isteri adalah satu tim dalam masalah keuangan. Kemungkinan besar tidak ada seorang suami/isteri pun yang suka “diingatkan” Mengapa? Ia merasa tidak dipercaya, tidak dihargai, dll  Perhatikan! Adalah lebih penting menjaga relasi yang sehat dibandingkan detail daftar pengeluaran. Jika kita menempatkan relasi suami-isteri sebagai satu tim, maka akan lebih mudah untuk mencari solusi terhadap pengeluaran yang tidak disepakati.
2.     Mencoba memahami alasan di balik sikap pasangan tersebut. Akar dari masalah ini adalah: “mencari rasa aman” (security) Misal: Kalau isteri selalu beli make up bermerk keluaran terbaru terciptanya rasa aman untuk selalu terlihat cantik di mata suami.
3.     Memberikan pemahaman bahwa kita harus “hidup” di bawah jumlah penghasilan. Kuncinya adalah: budget planning yang baik.
Kesimpulan; Sikap terbaik terhadap keuangan adalah STEWARDSHIP. All of our lives, resources, and energies belong to God. (NP/pwy)

Tahapan Perkembangan “Bicara” Bayi


Dari interaksi sehari-hari, Anda pasti tahu bayi punya bermacam cara untuk mengekspresikan diri. Salah satunya, “bicara” lewat tangisan atau suara-suara yang bikin gemas. Untuk bisa “ngobrol” dengan bayi, Anda harus ingat prinsip 2R (recognize dan responds).

Recognize atau kenali isyarat si bayi. Tanya pada diri sendiri, “Kira-kira bayiku mau ngomong apa ya lewat matanya, mimiknya, gerak tubuhnya, atau suaranya?”
Responds atau tanggapi selalu isyarat komunikasi bayi. Jadi jangan pernah lupa, “Si kecil ingin ngomong sesuatu, tuh.” (dikutip dari: “Building Conversation”, www.babyhearing.org)
Supaya Anda bisa memberikan respons yang tepat, paling tidak ketahui dulu tahapan-tahapan kemampuan “bicara” bayi. Dengan begitu, Anda makin peka menangkap pesan-pesannya.
BARU LAHIR: MENANGIS
Menangis adalah “percakapan sosial” pertama sang bayi. Tangisan di bulan pertama terdengar monoton, baik ketika ia lapar, sakit, ataupun merasa tak nyaman. Melalui tangisan, bayi berinteraksi dengan lingkungan. Ia tengah berkomunikasi untuk menyampaikan kebutuhannya kepada orang lain.
Sebaliknya, dengan menangis si kecil belajar, setiap tangisan ternyata punya makna tersendiri. Penggunaannya berbeda-beda dan bisa ditangkap maksudnya oleh orang lain.
1-4 BULAN: BAHASA TUBUH DAN SUARA VOKAL (smiling, cooing)
Sampai usia 4 bulan, bayi masih banyak berkomunikasi dengan cara menangis. Namun di usia 1,5 bulan si kecil mulai memunculkan tangis yang berbeda-beda. Tangisannya tidak lagi monoton seperti ketika baru lahir. Contoh:
·         Bila sakit diungkapkan dengan tangisan melengking keras diselingi rengekan dan rintihan.
·         Bila merasa tak nyaman akibat kepanasan atau cari perhatian umumnya bayi mengeluarkan rengekan yang terputus-putus.
·         Tangisan lapar terdengar keras dan panjang diselingi gerakan mengisap pada mulut mungilnya.
Di usia ini, selain menangis bayi berkomunikasi dengan menggumam bunyi vokal meski belum begitu jelas. Umumnya terdengar seperti bunyi “aaah” atau “oooh”.
Ada juga yang bergumam “uuuh” dan “eeeh”. Gumaman ini biasanya keluar saat bayi “mengutarakan” perasaan, seperti senang atau tak suka. Ketika gembira diajak bermain, gumaman yang keluar mungkin bernada panjang “aaah”.
Gumaman ini sebetulnya merupakan hasil tekanan pada otot-otot bicaranya.
Di usia 4 bulan, bayi mulai tertawa nyaring dan mampu mengeluarkan suara dari tenggorokan. Jadi, tak lagi hanya sebatas gumaman. Ia juga mulai mengekspresikan keterampilannya menunjukkan bahasa tubuh. Kendati bentuknya masih amat sederhana, seperti tersenyum saat memandang wajah orang yang dikenalnya, mengerutkan dahi ketika merasa tak nyaman, dan mulai memalingkan wajah ke arah sumber bunyi ketika dipanggil.
5-7 BULAN: KELUAR OCEHAN (babbling)
Di usia ini bayi mulai mengeluarkan suara ocehan pendek berupa suku kata (gabungan huruf mati dan huruf hidup), seperti “ba”, “da”. Ocehannya masih terbatas pada bunyi-bunyi eksplosif awal yang muncul karena adanya perubahan mekanisme suara.
Bayi amat senang dengan bentuk komunikasi berupa ocehan ini. Jika gembira bermain, bayi akan mengeluarkan ocehan yang lebih lama dan panjang. Ocehan ini kelak akan berkembang menjadi celoteh (memadukan berbagai suku kata) dan selanjutnya menjadi kata demi kata.
Di usia ini, bayi juga mulai belajar mengomunikasikan perasaannya tidak melulu lewat tangisan. Kalau ia tak suka, misalnya, ia mengeluarkan suara seperti melenguh. Sebaliknya, jika sedang merasa senang, ocehannya bertambah keras. Bahkan akan menjerit kesenangan meski belum dengan nada tinggi.
7-8 BULAN: OCEHAN MENINGKAT (babbling)
Ocehan bayi makin panjang, semisal “bababa” atau “dadada”. Kuantitasnya juga meningkat dengan cepat di antara bulan ke-6 sampai ke-8. Di tenggang waktu ini, orangtua diharapkan memberi stimulasi yang tepat dengan lebih sering mengajak bayi bercakap-cakap dalam intonasi naik turun dan ekspresif agar mudah ditangkap.
8-12 BULAN: KELUAR CELOTEHAN PANJANG (lalling)
Ocehan konsonan-vokal seperti “dadada”, “uh-uh-uh” dan “mamama” akan meningkat jadi celoteh yang maknanya dalam. Pertama, berceloteh adalah dasar bagi perkembangan berbicara. Kedua, celoteh adalah bagian dari komunikasi bayi dengan orang lain. Ini terlihat ketika ia mendapat respons terhadap celotehnya, bayi akan lebih giat berceloteh dibandingkan bila ia berceloteh sendirian. Ketiga, dengan berceloteh bayi merasa menjadi bagian dari kelompok sosial karena celotehnya ditanggapi. Ini akan membuat bayi mengembangkan rasa percaya dirinya yang kelak akan sangat menentukan kemandiriannya.
11-14 BULAN: KATA-KATA PERTAMANYA NYARIS LENGKAP (speaking)
Secara spesifik, bayi mampu mengucapkan satu patah kata yang berarti meskipun belum sempurna/lengkap, misalnya “ma” untuk mama, “pa” untuk papa, “num” untuk minum, dan “nen” untuk menetek. Di usia ini bayi juga sudah mampu melakukan tugas yang diminta seperti “lempar bolanya!” atau “ayo minum” sambil orangtua menunjuk benda yang dimaksud.
MEMBANTU BAYI BELAJAR BICARA
Kemampuan berbahasa yang baik akan muncul jika bayi rajin diajak bicara atau dilibatkan dalam aktivitas bersama.
Di usia 1 tahun, anak diharapkan sudah mampu mengucapkan 1-3 kata yang bermakna. Orangtua harus mulai waspada bila sampai usia 12 bulan, si kecil baru bisa mengoceh (babbling) atau malah baru mengeluarkan suara vokal “aaa” dan “uuu” yang tidak jelas artikulasinya. Jika hal ini terjadi, sangat dianjurkan meminta saran dokter atau psikolog. Biasanya mereka akan menunjuk seorang speech therapist (terapis wicara) untuk membantu orangtua memberikan stimulasi yang tepat.
Membantu bayi belajar bicara bisa dilakukan dengan cara seperti yang dijelaskan Lise Eliot, Ph.D. Beliau adalah penulis buku What’s Going on in There? How the Brain and Mind Develop in the First Five Years of Life (Bantam, 1999).
·         Sering mengajak bayi bicara
Jangan dulu membayangkan padatnya jadwal mendongeng, mengulang-ulang alfabet, atau membalik-balik “flash card” di hadapan si bayi, sebab ayah dan ibu hanya perlu mengajaknya ngobrol. Kapan ngobrol-nya? Sejak bayi lahir, sampaikan apa yang sedang Anda lihat, dengar, atau lakukan dengan kata-kata. Begitu pula, tanggapi selalu ajakan berkomunikasinya entah itu berupa tangisan, gumaman, ocehan, atau celotehan. Tujuan keduanya agar ia merasa dilibatkan.
Lewat percakapan yang “bodoh” sekalipun, kepekaan awal bayi untuk mendengar kata-kata akan meningkat. Misalnya, “Halo Sayang, tunggu sebentar ya, Ibu siapkan ASI untukmu.” Atau, ‘Lihat nih, Ayah baru pulang dari kantor. Wah, tas Ayah berat. Kamu mau bantu angkat, Sayang?” Mendengar percakapan akan membantu meningkatkan sensitivitas awal bayi pada kemampuan berbicara. Ia juga mulai belajar mengenali suara ayah-ibu berikut intonasi yang beragam.
·         Bermain bersama
Bermain merupakan aktivitas yang menyenangkan. Bermain sekaligus juga mengajari bayi pentingnya membina hubungan sosial. Bukankah bermain mengajarinya mengenal aturan dan kebersamaan? Setiap kali Anda bermain dengannya, kenalkan aturan permainan dan jangan ragu untuk menyampaikannya. Ketika bermain cilukba, misalnya, terangkan, “Ibu akan menutup matamu ya. Kalau Ibu bilang ‘cilukba’, buka matamu ya.” Dengan mengulang-ulang secara rutin, bayi akan memahami aturan permainan. Pada akhirnya dia juga akan mengerti bahwa aturan bersama (social agreement) sering kali dijabarkan lewat kata-kata.
·         Tunjukkan rasa cinta
Dalam situasi penuh cinta, bayi akan mampu belajar banyak. Kenapa? Karena ekspresi cinta mendorong orangtua untuk bicara dan bertindak dengan cara yang menyenangkan juga membangkitkan antusiasme si kecil.
Penelitian yang dilakukan Eliot mengungkapkan, anak-anak yang cerdas bertutur dan memiliki banyak perbendaharaan kata umumnya punya orangtua yang sering mengajak mereka berdiskusi, bahkan sejak bayi.




Seorang bayi dari hari ke hari akan mengalami perkembangan bahasa dan kemampuan bicara, namun tentunya tiap anak tidak sama persis pencapaiannya, ada yang cepat berbicara ada pula yang membutuhkan waktu agak lama. Untuk membantu perkembangannya ibu dapat membantu memberikan stimulasi yang disesuaikan dengan keunikan masing-masing anak.

Pada usia bayi 0-2 bulan, sering-seringlah mengajak mereka berkomunikasi pada segala suasana, pada saat menidurkan, menyusui, memakaikan baju. Berbicaralah dengan intonasi yang lembut, dan jangan mengabaikan tangisannya, karena itulah cara mereka berkomunikasi untuk yang pertama kalinya.

Pada usia 2-6 bulan, sering-seringlah mengajak mereka berbicara dengan menggunakan intonasi yang berbeda-beda, dan juga ekspresi wajah yang menyenangkan. Ajaklah mereka menyanyikan lagu-lagu yang berirama riang dan lakukanlah berulang-ulang, dan jangan lupa untuk mengajak mereka bercanda.

Pada usia 6-12 bulan, berbicaralah dengan kata-kata yang sederhana dengan intonasi dan pengucapan yang jelas, karena kelak mereka akan menirukannya. Berbicaralah sambil diikuti gerakan, agar mereka lebih mudah memahami arti kata dan korelasinya. Kenalkan pula mereka dengan berbagai macam suara, suara binatang, pesawat, mobil, dan lain sebagainya.

Pada usia 12-18 bulan, berikanlah pilihan kepada mereka, tawarkan warna baju yang ingin dipakai, pilihan makanan yang diinginkan. Jangan lupa untuk mengajak mereka membaca, bacakan buku cerita sederhana yang mempunyai banyak gambar dan warna-warna yang cerah, sambil mengajak mereka bermain peran.
Hal-hal diatas selain dapat menstimulasi anak, tentunya akan menjadi kegiatan yang menyenangkan antara orangtua dan anak.

Posted by Dunia Balita in Friday, July 03rd 2009
Menangis adalah salah satu ekspresi si kecil saat dia tidak nyaman. Namun, di sisi lain menangis dapat menyehatkan karena perasaan sedihnya dapat terlampiaskan. Pengalaman menghadapi bayi menangis pasti dialami oleh banyak orang tua. Bahkan kadang muncul dugaan-dugaan yang tidak logis misalnya “Jangan-jangan rumah ini ada penunggunya”. Sebenarnya ini tak perlu terjadi bila kita memahami bayi kita dengan baik. Begitulah, sebagai makluk yang tidak berdaya, menangis adalah cara bayi berkomunikasi khusus untuk menarik perhatian kala dia membutuhkan sesuatu. Tujuannya, paling tidak orang di sekitarnya pasti menghampirinya. Bayi yang sehat harus menangis, itu sebabnya tangis bayi merupakan sesuatu yang paling ditunggu saat dia pertama dilahirkan, karena tangis bayi merupakan salah satu indikator kesehatannya.

Pastikan Si Kecil Nyaman
Sebagai ‘tamu’ yang baru datang, penyesuaian dengan lingkungan tidak boleh diremehkan. Namun tentu saja tidak mudah bagi kita untuk memahami. Tidak jarang tangisan bayi malah membuat kita bingung. Mengapa ia menangis? Mengapa tidak dapat dibujuk? Rasa khawatir tak jarang membuat kita sangat lelah, terutama bila bayi menangis di malam hari, sehingga waktu tidur seisi rumah terganggu. Hal ini terkadang memunculkan rasa kesal dan putus asa.
Jika kondisi sudah sangat tidak memungkinkan, Anda lelah, pasangan Anda tengah keluar kota, coba hubungi orang yang dapat dipercaya untuk berbagi. Apabila tidak ada yang dapat dihubungi, segera letakkan bayi pada tempat tidurnya, pastikan bayi berada dalam posisi aman. Menutup telinga dan mata beberapa saat dapat membantu menenangkan diri. Jangan pernah mengambil tindakan pada saat sedang dalam kondisi ini.

Memahami Tangis Bayi
Episode menangis bisa beragam, hanya beberapa menit namun juga bisa berjam-jam lamanya. Ini biasanya dialami bayi dalam 3 bulan pertama kehidupannya. Bayi yang sedang ‘senang’ pun kadang memiliki jam-jam tertentu untuk menangis. Tapi, jangan pula menganggapnya sepele, karena mungkin saja dia terserang gangguan pencernaan seperti kembung atau kolik.