Sabtu, 01 Desember 2012

Bergaul Karib dengan Tuhan (1)

 

Ayat bacaan: Imamat 10:3
========================
"..Inilah yang difirmankan TUHAN: Kepada orang yang karib kepada-Ku Kunyatakan kekudusan-Ku, dan di muka seluruh bangsa itu akan Kuperlihatkan kemuliaan-Ku..."
Ada tidaknya sahabat karib atau akrab akan membuat banyak perbedaan dalam hidup kita. Jika ada, setidaknya anda akan tahu bahwa seorang sahabat karib akan selalu berada disamping anda baik dalam suka maupun duka. Salah seorang sahabat karib saya dipanggil Tuhan dalam usia yang masih sangat muda akibat sakit sekitar 3 tahun yang lalu. Saya merasa kehilangan dan itu masih terasa hingga hari ini. Biasanya saya akan bercerita kepadanya mengenai segala sesuatu tanpa ditutupi dan ia pun demikian. Kita sama-sama saling mengenal dengan baik satu sama lain dan akan selalu saling bantu sejauh yang sanggup dilakukan. Rasa kehilangan itu pun terus membekas sampai sekarang. Terkadang kedekatan kepada sahabat karib ini bisa jauh melebihi kedekatan dengan saudara kandung sendiri. Mereka tahu semua kelemahan kita, dan kita tidak ragu untuk berterus-terang karena kita percaya sepenuhnya kepada mereka. Sahabat karib adalah tempat dimana kita bisa berteduh dalam duka, dan akan menjadi orang pertama yang ikut bahagia ketika kita berada dalam suka. Kepercayaan, pengertian, itu tentu menjadi sebuah harapan besar dari seorang sahabat karib.
Sebagai mahluk sosial, kita tentu harus hidup berteman dengan orang lain. Saya kenal dengan beberapa orang yang tidak punya sahabat dekat dan melihat sendiri bagaimana hal itu sering menyulitkan mereka. Apakah hanya manusia yang bisa dijadikan sahabat dekat? Tentu tidak. Kita juga bisa bersahabat karib dengan Tuhan. Mungkin sulit bagi kita untuk mengenal Tuhan secara utuh karena kita tidak bertemu muka secara langsung dengan Tuhan dan mungkin kesulitan pula untuk mendalami misteri kebesaran Tuhan lewat pikiran kita yang terbatas. Tetapi kabar baiknya, Tuhan telah membuka diri untuk dikenal. Dia rindu untuk dikenal dan senantiasa mengulurkan tangan untuk bersahabat karib dengan kita. Lewat Kristus kita bisa mengenal Bapa dan hatiNya, lewat Firman-FirmanNya pun kita bisa mendapatkan pengenalan yang menyeluruh akan Dia.
Tuhan sejak semula merindukan manusia bisa menjadi sahabat karibnya. Kita bisa melihat bagaimana Adam dan Hawa bisa bercakap-cakap dengan Tuhan di taman Eden secara langsung. Sayangnya manusia jatuh dalam dosa dengan sangat cepat. Meski demikian, Tuhan tidak henti-hentinya menunggu kerelaan dari manusia, yang begitu Dia kasihi, untuk datang kepadaNya dan bergaul akrab denganNya. Dan kita bisa melihat beberapa nama yang disebutkan langsung di dalam Alkitab yang punya keistimewaan bisa bersahabat karib, hidup bergaul dengan Tuhan.
Salah satunya bernama Henokh. Dalam kitab Kejadian dijelaskan bahwa Henokh berusia 65 tahun ketika mendapatkan seorang anak laki-laki bernama Metusalah. (Kejadian 5:21). Lantas ayat selanjutnya tertulis sebagai berikut: "Dan Henokh hidup bergaul dengan Allah selama tiga ratus tahun lagi.." (ay 22a). Perhatikan bahwa Henokh dikatakan hidup bergaul dengan Allah selama 300 tahun lagi. Itu artinya ia sudah hidup bergaul dengan Allah sebelumnya, dan masih melanjutkan kedekatakan itu sampai 300 tahun selanjutnya. Wow. Betapa luar biasanya sebuah hubungan kekerabatan yang akrab yang tidak lekang di makan waktu. Dari ayat ini terlihat bagaimana seorang Henokh mampu menjaga hubungannya dengan Sang Pencipta, hidup selaras dengan kehendak Tuhan dengan setia sampai sebegitu lama. Kesetiaannya teruji dalam rentang waktu yang begitu panjang. Saya yakin pada masa itu Henokh bukannya tidak mendapat cobaan dari berbagai keinginan duniawi yang bisa menariknya menjauh dari Allah, namun jelas Henokh tidaklah terpengaruh dengan itu. Pada akhirnya kita tahu apa yang terjadi pada Henokh. Begitu akrabnya ia dengan Tuhan, sampai-sampai ia tidak perlu mengalami kematian! Henokh diangkat langsung dari dunia yang berlumur dosa ini menuju Surga untuk seterusnya bersama-sama dengan Allah. "Dan Henokh hidup bergaul dengan Allah, lalu ia tidak ada lagi, sebab ia telah diangkat oleh Allah." (ay 24). Kelak penulis Ibrani menuliskan lagi mengenai Henokh. "Karena iman Henokh terangkat, supaya ia tidak mengalami kematian, dan ia tidak ditemukan, karena Allah telah mengangkatnya. Sebab sebelum ia terangkat, ia memperoleh kesaksian, bahwa ia berkenan kepada Allah." (Ibrani 11:5). Perhatikan bahwa perilaku dan kesetiaan Henokh membuatnya menjadi sahabat karib Tuhan. Selain Henokh, kita tahu bahwa Nuh pun disebutkan demikian: "Inilah riwayat Nuh: Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah." (Kejadian 6:9). Lantas Ayub: "seperti ketika aku mengalami masa remajaku, ketika Allah bergaul karib dengan aku di dalam kemahku" (Ayub 29:4) dan tentu saja Daud yang kita tahu begitu mengenal Allah dan memiliki hubungan yang sangat dekat lewat berbagai tulisannya maupun seperti yang disebutkan dalam Kisah Para Rasul: "Tentang Daud Allah telah menyatakan: Aku telah mendapat Daud bin Isai, seorang yang berkenan di hati-Ku dan yang melakukan segala kehendak-Ku." (Kisah Para Rasul 13:22b). Mereka-mereka ini telah terbukti kualitasnya sehingga Tuhan pun berkenan untuk menjadi sahabat akrab yang bergaul karib dengan mereka.

(bersambung)

Bergaul Karib dengan Tuhan (2)

 

Kemarin kita sudah melihat bahwa kita ternyata bisa bergaul karib layaknya sahabat yang sangat dekat dengan Tuhan. Tuhan mau membuka diri bagi kita untuk mengenalNya terus lebih dalam lagi. Dia bukanlah sebuah misteri yang kaku, dingin, arogan, eksklusif dan tidak terjangkau melainkan sebuah Sosok Pribadi yang terbuka dan bersahabat. Kita pun sudah melihat bahwa ada beberapa orang yang dicatat Alkitab memiliki kehormatan untuk disebutkan sebagai orang-orang yang sangat dekat, berkenan di hati Allah dan hidup bergaul denganNya. Pertanyaannya hari ini, apakah itu berlaku hanya bagi segelintir orang yang benar-benar beruntung saja atau tidak? Tawaran yang sama jelas berlaku bagi semua anak-anakNya, termasuk anda dan saya. Jika Henokh, Nuh dan Daud bisa, kita pun bisa apabila memiliki kualitas hidup penuh ketaatan yang sama seperti mereka. Lantas pertanyaan kedua, apa keistimewaan yang kita dapatkan sebagai sahabat karib Tuhan?
Seseorang yang disebut sebagai sahabat karib yang akrab tentu bukanlah sosok teman yang hanya mencari keuntungan dan kesenangan saja dari kita. Mereka akan tetap setia bersama kita ketika kita mendapat musibah atau berbagai bentuk kesusahan. Mereka akan dengan senang hati membantu kita sedapat-dapatnya ketika kita dalam kesesakan. Itu sosok sahabat karib dan seperti itu pulalah seharusnya hubungan kita dengan Tuhan. Apakah kita hanya berdoa siang dan malam untuk ditolong Tuhan dari kesusahan, dan setelah itu kita melupakannya? Apakah kita cepat menuduh Tuhan tidak adil atau tidak peduli ketika kita terus bergumul dalam masalah? Apakah kita menempatkan segala kegiatan, kepentingan atau kebutuhan di dunia di atas kebutuhan kita untuk bersekutu dengan Tuhan? Itu artinya kita belum menempatkan Tuhan pada posisi sebagai sahabat karib. Lalu bagaimana mungkin kita berharap Tuhan menjadi sahabat karib kita?
Padahal Tuhan menjanjikan banyak hal istimewa kepada orang-orang yang bergaul akrab dengannya. Mari kita lihat apa yang Dia berikan kepada orang-orang yang dianggap sebagai sahabat karibNya. "..Inilah yang difirmankan TUHAN: Kepada orang yang karib kepada-Ku Kunyatakan kekudusan-Ku, dan di muka seluruh bangsa itu akan Kuperlihatkan kemuliaan-Ku..." (Imamat 10:3). Tuhan menyatakan kekudusanNya dan memperlihatkan kemuliaanNya kepada orang-orang yang Dia anggap bersahabat karib denganNya. Lewat Daud kita juga bisa memperoleh gambaran akan hal ini. Kata Daud: "TUHAN bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka." (Mazmur 25:14). Takut akan Tuhan akan membawa kita untuk terus membangun hubungan dengan Tuhan hingga ke tingkat ke-karib-an yang benar-benar kuat, dan hal itu akan membuat Tuhan bersikap terbuka dalam memberitahukan rencana dan rancanganNya pada kita. Itu janji Tuhan. Selanjutnya dalam sebuah persahabatan yang terbina akrab biasanya ada penyertaan dan kebersamaan. Dan itu pun akan terjadi antara kita dengan Tuhan ketika kita bergaul karib denganNya. Bukankah berkali-kali Tuhan sudah menyatakan kesetiaanNya untuk tetap ada bersama kita setiap saat? Karenanya janganlah tergoda oleh berbagai hal yang ditawarkan dunia yang mampu merenggangkan hubungan kita dengan Tuhan. Seperti halnya kita merasakan sakit yang luar biasa jika sahabat karib kita menghianati kita, tentu Tuhan pun akan merasa kecewa apabila kita menghianatiNya, terlebih jika itu hanya untuk kepentingan atau kepuasaan sesaat di dunia yang hanya sementara ini. Itu akan sangat menyakitkan bagi Tuhan, seperti halnya kita pun akan merasa sakit ketika diperlakukan demikian oleh sahabat terdekat kita. Tetaplah ingat bahwa setiap pelanggaran dan ketidaktaatan akan mendapat balasan yang setimpal. (Ibrani 2:2).
Tuhan menciptakan kita seperti rupa dan gambarNya sendiri seperti yang bisa kita baca di awal penciptaan. "Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita... Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia" (Kejadian 1:26-27). Itu salah satu bukti kuat. Tuhan menciptakan kita menurut gambarNya sendiri agar kita dapat mengenal dan menanggapiNya. Dia membangun unsur-unsur dalam kepribadian kita yang selaras dengan kepribadianNya. Kita mempunyai pemikiran untuk mengerti dan menanggapi pemikiranNya, we have emotions to grab His emotions, kita juga punya kehendak untuk menanggapi kehendakNya. Jika tidak, Tuhan tidak akan merasa perlu untuk membuat kita menjadi mahluk mulia, ciptaanNya yang teristimewa lewat rupa dan gambarNya sendiri. Tuhan membuka diri untuk dikenal, dan membuka tawaran untuk bersahabat akrab atau bergaul karib denganNya. Apakah kita mau menyambut uluran tangan Tuhan ini atau tidak, semua itu tergantung diri kita sendiri. Yang pasti, Tuhan akan sangat gembira apabila kita mau menyambutNya dan menjadikan Dia sebagai Sahabat yang akrab dengan kita. Bergaul kariblah dengan Tuhan dengan melibatkanNya dalam setiap aspek kehidupan kita. Rajinlah berdoa, membangun hubungan yang intim denganNya dengan rutin, muliakan Dia selalu dengan tubuh, perbuatan dan perkataan kita. Put Him in the first priority, don't dissapoint or make Him sad with our foolish actions. That's what real best friends do. Tuhan menanti anda untuk menjadi sahabat karibNya, maukah anda menerima uluran tanganNya hari ini?
Tuhan membuka diri untuk dikenal dan kesempatan untuk bersahabat karib denganNya
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

BERHENTI SEJENAK

 

Posted: 27 Nov 2012 10:00 PM PST

Ayat bacaan: Mazmur 46:11
=======================
"Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah! Aku ditinggikan di antara bangsa-bangsa, ditinggikan di bumi!"
Apabila anda mengendarai mobil lalu terus dan terus memacunya tanpa berhenti sedikitpun, apa yang akan terjadi? Pada suatu ketika mesin mobil itu akan meledak. Mobil yang hanya dipakai tapi tidak dirawat pun tentu akan lebih cepat rusak ketimbang mobil yang teratur diperiksa dan mengalami perawatan. Tubuh kita pun demikian. Cobalah terus bekerja tanpa henti, tanpa tidur, tanpa rehat, anda akan jatuh sakit atau bisa mengalami hal-hal yang tidak diinginkan. Orang yang kurang istirahat akan cenderung lebih cepat terpancing emosi, labil moodnya dan sulit konsentrasi ketimbang orang yang sudah melakukan istirahat yang cukup. Kita memang harus berbuat sebaik-baiknya dalam bekerja, belajar atau dalam melakukan berbagai kegiatan positif dalam hidup, tapi ada kalanya kita harus mengambil jeda. Eventually we have to press the pause button to reshape, refreshen or rejuvenate ourselves before continuing our tasks.
Kita harus tahu kapan kita harus 'berhenti' sejenak meski pekerjaan masih menggunung di depan mata. Kalau kita sudah sampai pada batas titik jenuh dan masih memaksakan diri, selain kesehatan kita terancam, hasil yang dicapai pun tidak akan bisa maksimal. Kita bisa cepat merasa marah, muak lalu mengamuk kepada setiap orang, termasuk orang-orang yang sama sekali tidak bersalah apa-apa. Maka dari itu sebelum kita terjebak untuk mengambil tindakan-tindakan yang salah, we should press the pause button and take a break. Ada waktu dimana kita harus bekerja, ada saat dimana kita harus terus melakukan sesuatu, tapi ada pula saat-saat dimana kita harus berhenti sejenak. Ada saat untuk bicara, tapi ada pula saat untuk diam. Dalam mengontrol emosi pun demikian. Ketika suasana sudah begitu menyesakkan dan anda merasa ingin mengamuk, itu tandanya anda harus menekan tombol pause atau bahkan stop sejenak agar emosi anda tidak makin membara tapi bisa berangsur turun. Masalah mungkin belum selesai, tugas-tugas mungkin masih banyak, peperangan atau pergumulan masih akan terus berlangsung, tapi ada saatnya kita harus berhenti sejenak sebelum kita mengambil tindakan yang keliru dan hanya dilandasi oleh emosi belaka. Sebuah Firman Tuhan pun mengingatkan kita akan hal ini. "Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah! Aku ditinggikan di antara bangsa-bangsa, ditinggikan di bumi!" (Mazmur 46:11). Let be and be still, and know that I am God. Berhentilah sejenak, diamlah, dan renungkan bahwa ada Tuhan yang berkuasa atas segala sesuatu yang sedang ada bersama kita.
Kisah kunjungan Yesus ke rumah Maria dan Marta menggambarkan hal ini dengan baik. Yesus datang berkunjung ke rumah mereka. Kunjungan dari Yesus? Betapa istimewanya! Marta pun segera sibuk melakukan dan mempersiapkan segala sesuatu untuk melayani Yesus. Tapi kita tahu Maria justru melakukan yang sebaliknya. Tidak seperti Marta, Maria memilih untuk duduk diam di dekat kaki Tuhan Yesus untuk terus mendengarkan perkataanNya. (Lukas 10:39). Ketika Marta protes dan menganggap Maria seolah-olah tidak peduli, Yesus pun berkata: "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya." (ay 41-42). Kita pun sering berlaku seperti ini. Kita sibuk melakukan segala sesuatu semampu kita, dan terus merasa kesal apabila situasi tidak kunjung menjadi baik meski kita sudah mati-matian berusaha mengatasinya. Kita terus berusaha dan berusaha lewat segala daya upaya dan cara, tapi sayangnya kita lupa bahwa ada waktu dimana kita harus berhenti dan kemudian mendatangi Tuhan, berdiam di hadiratNya untuk mendengar suaraNya. That's the thing that we tend to forget when we are too busy.
Mari lihat sekali lagi pesan Tuhan hari ini yang sesungguhnya sangat jelas."Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah! Aku ditinggikan di antara bangsa-bangsa, ditinggikan di bumi!" (Mazmur 46:11). Take a break, be still, and look up to God. Lihatlah Yesus, Dia pun luar biasa sibuknya melayani dalam rentang waktu yang sangat singkat sebelum harus menjalani karya penebusanNya bagi kita. Tapi meski demikian, Yesus tahu bahwa ada waktu-waktu khusus yang harus Dia ambil untuk mendengar suara Bapa. Yesus bisa melakukannya di pagi hari : "Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana." (Markus 1:35) atau di malam hari, "Dan setelah orang banyak itu disuruh-Nya pulang, Yesus naik ke atas bukit untuk berdoa seorang diri. Ketika hari sudah malam, Ia sendirian di situ." (Matius 14:23). Juga ketika beban tekanan yang memuncak menjelang penangkapanNya sempat membuat Yesus merasa sangat takut. Disaat seperti itupun Yesus memilih untuk berhenti dan berdoa kepada Bapa seperti yang dilakukanNya di taman Getsemani. (Matius 26:36-46). Perhatikan bagaimana nyata perbedaan sebelum dan sesudah Yesus berdoa. Yesus tahu kapan Dia harus kembali 'me-recharge' diriNya agar bisa kembali melakukan segala sesuatu tepat seperti keinginan Bapa. Seperti itu pula kita seharusnya.
Kita harus tahu kapan harus jalan, kapan harus lari, tapi juga harus tahu kapan harus berhenti. Kita harus memiliki kemampuan untuk itu. Kemampuan untuk tahu kapan harus berhenti sangat erat kaitannya dengan kekuatan untuk mengontrol diri, emosi maupun untuk mawas diri. Sebelum situasi menjadi tidak terkontrol lagi, kinerja menurun atau kita melakukan hal-hal yang destruktif baik dalam aktivitas maupun kepada diri sendiri, kita perlu mengambil waktu untuk berdiam sejenak, duduk diam dalam hadiratNya dan mendengar suaraNya. Ambil contoh kecil di pagi hari. Daripada langsung stres memikirkan serangkaian tugas menumpuk hari ini, mengapa tidak mengambil waktu sejenak untuk bersaat teduh? Seperti yang saya sebut dalam renungan kemarin, bukankah Tuhan menjanjikan rahmatNya yang baru setiap pagi? (Ratapan 3:21-23). Mengapa hal seindah itu harus kita lewatkan dan lebih memilih untuk membiarkan diri kita hidup dalam ritme 'chaos' tanpa sukacita sejak pagi hari? Jika itu anda lakukan, anda akan merasakan sendiri bahwa itu akan membuat segalanya jauh lebih baik dan mengarahkan anda untuk mencapai hasil yang terbaik dan maksimal.
Be still, and know that He is such a loving Father.
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho