Kamis, 17 April 2014

Pria dan wanita

PRIA BERPIKIR, LOGIKA, dan WANITA MERASAKAN.

Penelitian menunjukkan mayoritas pria memiliki otak kiri yang lebih berkembang dari otak kanannya dan wanita otak kanannya lebih berkembang daripada otak kirinya. Saya katakan mayoritas (70-80%), tidak semua tetapi cukup banyak.

Pria yang banyak menekuni kesenian, musik, tari, drama, melukis cukup banyak yang memiliki perasaan yang kuat, karena hal-hal itu merupakan terapi yang baik untuk mengembangkan otak kanan.

Mayoritas laki-laki hidup dengan 70-80% pikirannya sedangkan wanita dengan 70-80% perasaannya.

Otak kiri berhubungan dengan pikiran, kemampuan analisa, matematika (kemampuan hal-hal numerik/ angka-angka) dan logika sedangkan otak kanan berhubungan dengan intuisi, empati dan simpati ( perasaan). Otak juga berhubungan dengan pengaturan organ-organ lainnya, sehingga perbedaan otak ini sebenarnya sangat berpengaruh pada seluruh kehidupan, dan kita perlu mengetahuinya dan akan sy posting dalam edisi selanjutnya.

Sering seseorang berkata; pasangan saya tidak memikirkan apa yang saya pikirkan, pasangan saya tidak merasakan apa yang saya rasakan! Ini terjadi karena pria dan wanita memang berbeda. Satu kuat di pikiran (otak kiri), satu kuat di perasaan (otak kanan).

Demikian pula dalam kisah sehari-hari. Ketika suami berkata: “Saya pikir”, maka isteri menjawab: “Tetapi saya rasa….” Berikut ini saya berikan contoh kasus sehari-hari:

a. Pindah rumah
Suami :“Ma... saya pikir... setelah saya pikir... saya sudah pikirkan .... dst kita pindah rumah ke Jakarta ya Ma..”
Istri : “Tapi saya rasa lho Pa, apa nggak enakan disini
Suami : “Coba pikirlah baik-baik ma ...”
Istri : “Tapi saya tidak merasa damai sejahtera”

b. Anak buah
Ketika isteri tidak tahan melihat tingkah laku anak buah, tetangga atau anak dan minta suami bertindak… Suami berkata; “Sebelum berbuat, kita harus pikir baik-baik ma…”. Istrinya berkata; “Papa sih mikir-mikir terus, berbuat sesuatu dong, saya sudah tidak kuat me-rasa-kannya..., kamu sih tidak me-rasa-kan yang ku-rasa-kan!” “Papa tidak sayang sama saya!”

Kalau sampai mengatakan ‘tidak sayang’ ini kesimpulan yang terlalu jauh, bahkan kesimpulan yang salah, ini bukan soal sayang atau tidak sayang, ini karena otaknya berbeda kinerja. Kita harus mengerti hal ini atau kita akan salah kesimpulan dan ini fatal, membawa pada pertajaman pertengkaran. Dengan mengerti, akan membantu mengerti, dengan mengerti akan lebih bisa menerima, lebih memahami, lebih sabar dan bijaksana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar